Friday, August 30, 2013

makalah biji


MAKALAH
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
BIJI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPkVPc80wDlWy8X51AgncF4JRf2JY1ANT0pmMCRDsBnMHfhMb0y5yCFZnsNUh39fwUPt5ipV0t9hccNo0XkJixGtNw5cWogNguAsQB5kmflsieslO-9rc2g_8Dr1H8Io09D_3XGqhNrQs/s320/seeds.png
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK VI
1.    ZULKIFLI
2.    ALUN RANDINI
3.    IRMA EFENDI



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011

KATA PENGANTAR

               Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makala ini tepat pada waktunya.
            Dalam penyajian laporan ini kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan kata ataupun isi dari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga sewajarnyalah laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
            Kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah membimbing kami. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan laporan-laporan selanjutnya.


                                                                                           Palu,  September  2011

                                                                                                    Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Mempunyai biji merupakan salah satu ciri tumbuhan spermatophyta. Bagi tumbuhan spermatophyta biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama. Karena biji mengandung calon tumbuhan baru atau lembaga. Biji berkembang dari bakal biji. Dengan dihasilkannya biji tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya. Biji yang terlihat sempurna tentunya mempunyai bagian – bagian tertentu. Namun dalam biji dikotil dan monokotil jumlah dan bagian – bagian tersebut tidak selalu sama. Apa sajakah bagian – bagian penyusun biji pada umumnya? Serta bagian apa yang membedakan biji monokotil dan dikotil? Dalam proses perkembangbiakan biasanya biji mengalami proses yang dinamakan perkecambahan. Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Bagaimanakah proses perkecambahan itu? Akan kita bahas pada bab selanjutnya.
      Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam, misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Bentuk biji yang unik dijumpai pada genjer yang mempunyai biji, seperti ladam, dan senggani yang mempunyai bentuk biji, seperti rumah siput.
      Permukaan kulit luar biji bermacam-macam, ada yang halus, kasar, berkutil, berduri dan sebagainya. Ini dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong gulma.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan embrio dan biji
      Setelah pembuahan ganda, jaringan-jaringan baru yakni embrio dan endosperm berkembang disertai dengan perkembangan atau pertumbuhan jaringan lain disekelilingnya seperti jaringan dinding bakal buah yang berkembang menjadi jaringan buah.
      Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji. Bagian ini terdapat di dalam kulit biji. Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga (radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga. Putih lembaga terdiri atas putih lembaga dalam (endosperma) dan putih lembaga luar (perisperma).

2.2  Bagian Biji Sebelah Dalam
a.      Selaput biji (arillus)
                 Selaput biji merupakan pertumbuhan dari tali pusar. Pada biji ada kalanya tali pusar ikut tumbuh dan berubah sifatnya menjadi selaput biji (arillus). Salut biji ada yang berdaging, misalnya pada biji durian dan ada yang berair misalnya pada biji rambutan. Serta ada juga yang menyerupai kulit dan hanya menutupi sebagian biji, misalnya pada biji pala.
b.     Kulit biji
Kulit biji merupakan bagian terluar biji dan berasal dari selaput bakal biji. Pada umumnya, kulit biji dari tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) terdiri atas dua lapisan sebagai berikut.
Ø  Lapisan kulit luar (testa).
Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam-macam, ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, dan ada yang keras seperti kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalam. Lapisan luar ini juga dapat memperlihatkan warna dan gambaran yang berbeda-beda misalnya merah, biru, pirang, kehijau-hijauan, ada yang licin rata, dan ada pula yang mempunyai bentuk keriput.
Ø  Lapisan kulit dalam (tegmen).
Biasanya tipis seperti selaput, disebut juga dengan kulit ari. Pada tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), kulit biji terdiri dari tiga lapisan sebagai berikut.
1. Kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging. Pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning, dan akhirnya merah.
2. Kulit tengah (sclerotesta), suatu lapisan yang kuat, keras, dan berkayu.
3. Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput dan seringkali melekat erat pada inti.

c.      Sayap (ala) dan Rambut (coma)
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai alat tambahan yang berupa sayap pada kulit luar biji, dengan demikian biji tumbuhan tersebut mudah dipencar oleh angin. Misalnya pada biji kelor. Selain sayap ada juga beberapa tumbuhan yang memiliki rambut atau bulu halus yang berasal dari penonjolan sel-sel kulit luar biji. Bulu halus ini memudahkan beterbangannya biji oleh tiupan angin. Misalnya pada biji kapas.
2.3 Bagian biji sebelah dalam
Pada bagian bij sebelah dalam terdapat embrio dan bagian-bagian embrio yaitu akar embrio (radicula), batang embrio (cauliculus) dan keping biji (cotyledo).
Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji. Bagian ini terdapat di dalam kulit biji. Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga (radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga. Putih lembaga terdiri atas putih lembaga dalam (endosperma) dan putih lembaga luar (perisperma).
Bagian embrio, seperti radikula akan berkembang menjadi akar. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, radikula akan berkembang menjadi akar tunggang. Pada Monocotyledoneae, akar tersebut akan berkembang menjadi akar primer, namun masa hidupnya tidak lama karena segera diganti oleh sistem akar sekunder. Kotiledon pada biji dapat berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan, alat untuk berfotosintesis sementara, dan sebagai alat untuk menghisap makanan dari putih lembaga. Batang lembaga terdiri atas epikotil dan hipokotil. Epikotil adalah pemanjangan ruas batang di atas kotiledon, sedangkan hipokotil adalah pemanjangan ruas batang di bawah kotiledon. Batang lembaga dan calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang disebut plumula.

           Bagian putih lembaga, seperti endosperma merupakan cadangan makanan pada biji. Berdasarkan pembentukannya, endosperma berasal dari sel induk endosperma yang telah dibuahi oleh sel sperma. Perisperma merupakan putih lembaga luar. Bagian ini berasal dari nuselus atau selaput bakal biji.

2.3  Perkecambahan  
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh biji. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang, memecahkan kulit biji, dan memicu perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhannya. Munculnya plantula (tumbuhan kecil) dari dalam biji merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Fase perkecambahan diikuti pertumbuhan 3 jaringan meristem primer, yaitu :
a. Protodrem : lapisan terluar yang akan membentuk jaringan epidermis
b. Meristem dasar akan berkembang menjadi jaringan dasar yang mengisi lapisan korteks pada akar diantara stele dan epidermis
c.Prokambium : lapisan dalam yang akan berkembang menjadi silinder pusat, yaitu floem dan xylem. Berdasarkan letak kotiledonnya  perkecambahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Perkecambahan Epigeal
Merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat keatas tanah. Ruas batang di bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya. Sedang kotiledon akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang berkecambah. Contohnya pada perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah.
2. Perkecambahan Hypogeal
Merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Contohnya pada perkecambahan kacang kapri dan jagung.
Urutan proses perkecambahan:
1. Masuknya air ke dalam biji atau imbibisi
2. Aktifnya enzim-enzim untuk proses metabolisme, membongkar cadangan   makanan dalam kotiledon / endosperm
3. Hasil pembongkaran berupa sumber energi sebagai bahan penyusun komponen sel, dan pertumbuhan embrio.
4.Embrio tumbuh dan berkembang
 Bagian – bagian perkecambahan :
a. Radikula adalah bakal calon akar yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya untuk menyokong dan menyuplai bahan – bahan makanan untuk di proses pada bagian tanaman lainnya.
b. Kotiledon adalah daun kecil yang terletak di bawah daun pertama kecambah. Fungsinya untuk menyimpan cadangan makanan dan asimilasi.
c. Cauliculus adalah bakal calon batang yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya sebagai bagian tanaman yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang.       Hipokotil : Batang yang terletak di bagian bawah kotiledon
Epikotil : Batang yang terletak di bagian atas kotiledon.
d.   Testa adalah bagian yang melindungi bagian dalam biji.











BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan yaitu:
1.      Biji merupakan salah satu ciri tumbuhan spermatophyta. Bagi tumbuhan spermatophyta biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama.
2.      Setelah pembuahan ganda, jaringan-jaringan baru yakni embrio dan endosperm berkembang disertai dengan perkembangan atau pertumbuhan jaringan lain disekelilingnya.
3.     Bagian biji sebelah luar terdiri dari selaput biji, kulit biji, sayap dan bulu.
4.     Bagian biji sebelah dalam terdiri dari lembaga dan bagian-bagian lembaga yaitu akar lembaga, batang lembaga dan keping biji (cotyledon).
5.     Perkecambahan berdasarkan letak kotiledonnya dibagi menjadi 2, yaitu :
Perkecambahan epigeal
Perkecambahan hipogeal

6.     Bagian – bagian perkecambahan :
Radikula
Kotiledon
Cauliculus
Hipokotil : Batang yang terletak di bagian bawah kotiledon
Epikotil : Batang yang terletak di bagian atas kotiledon 
Testa








DAFTAR PUSTAKA
Hidajat,b.estiti. 1994. Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan  direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Bandung.

Tjitrosoepomo, Gembong.1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta.


makalah daun

KATA PENGANTAR             

 Merupakan suatu  keharusan jika penyusun senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan makalah mengenai “Daun” yang  merupakan salah satu meteri dari mata kuliah struktur perkembangan tumbuhan II yang  harus diselesaikan pada semester III.            Penyusun  menyadari bahwa makalah ini masih memiliki sejumlah kelemahan dan kekurangan yang tidak disadari oleh penyusun oleh karena itu diharapkan saran sekaligus kritikan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan makalah ini dan makalah selanjutnya.             Dalam pembuatan makalah ini penyusun sering kali mengalami kesulitan, namun atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan oleh penanggungjawab mata kuliah sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada penanggungjawab mata kuliah yang telah memberi bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesusai dengan harapan penyusun. Semoga apa yang telah diberikan kepada penyusun mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.            Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat  yang berarti bagi kita semua .
                                                                                               Palu,     September 2011                                                                                                                Penyusun  
 

  BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar belakang
            Pertumbuhan dan Perkembangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan dan Perkembangan senantiasa berjalan sejajar dan berdampingan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses bertambahnya ukuran seperti panjang, lebar, volume dan massa, bersifat kuantitatif, irreversibel (tidak dapat kembali ke keadaan semula). Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi akibat kegiatan sel-sel pada jaringan meristem yang selalu membelah.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses menuju kedewasaan (menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur dan lebih kompleks), Bersifat kualitatif, Reversibel (dapat kembali ke keadaan semula) dan Tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan. Daun berasal dari primordium daun yang terdapat pada meristem puncak yang terdapat pada ujung batang. Perkembangan primordium daun sampai menjadi daun melalaui beberapa tahap.Proses perkembangan daun sejak inisiasi sampai terbentuknya daun yang lengkap tidak pernah terlepas oleh faktor lingkungan tempat tumbuhan tersebut hidup. Dengan demikian struktur daun dewasa pada umumnya merupakan suatu ekspresi gen yang telah dipenagruhi oleh faktor lingkungan. Pada umumnya faktor lingkungan yang dominan dan menentukan adalah cahaya, air dan oksigen. Daun yang tumbuh pada lingkungan yang terlindung akan mempunyai struktur yang berbeda dengan daun yang tumbuh di lingkungan cahaya melimpah. Daun yang tumbuh pada lingkungan yang terlindung sehari hari akan mengalami kekuranngan cahaya. Helai daun cenderung tipis dan lebar, warna daun pucat, sedangkan daun yang tumbuh pada lingkungan cahaya melimpah helai daun cenderung lebih sempit, lebih tebal dan warnanya lebih gelap.   1.2.Rumusan masalah
1.     Bagaimana proses perkembangan daun?
2.     Bagaimana tata letak daun pada suatu tumbuhan?
3.     Sebutkan macam-macam bentuk daun!
 1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan acuan perkuliahan khususnya untuk kelompok 4 sebagai pemateri topik daun.                       BAB IIISI A.    Perkembangan daun
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun hanya terdapat pad batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu atau kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih, bertangkai atau duduk langsung pada batang.
Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun. Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan helai daun, dan warna serta bagian permukaannya.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).Fenomena adalah, mula-mula meristem afeks daun aktif sehingga daun bertambah tinggi setelah aktivitas meristem afeks mereda, maka meristem inter kalar yang terletak pada bagian pangkal aktif memperpanjang daun, helaian daun yang pipih dan lebar disebabkan oleh aktivitas meristem marginal hanya aktif pada tempat-tempat tertentu disepanjang sumbu daun maka pada bagian yang aktif tersebut akan menghasilkan tonjolan seperti halnya bakal daun dan akan berkembang menjadi anak daun dengan cara yang sama seperti daun tunggal. Maka akan terbentuk daun majemuk. Ibu tulang daun menjadi lebih tebal dari helaian daun karena aktivitas meristem marginal tidak aktif, maka daun akan memipih dalam bidang vertical sehingga terbentuk daun ensiformis (daun seperti pedang). Dalam perkembangan daun kadang-kadang terdapat sel daun yang mati seperti pembentukan lubang daun. Proses perkembangan daun sejak inisiasi sampai terbentuknya daun yang lengkap tidak pernah terlepas oleh faktor lingkungan tempat tumbuhan tersebut hidup. Dengan demikian struktur daun dewasa pada umumnya merupakan suatu ekspresi gen yang telah dipenagruhi oleh faktor lingkungan. Pada umumnya faktor lingkungan yang dominan dan menentukan adalah cahaya, air dan oksigen. Daun yang tumbuh pada lingkungan yang terlindung akan mempunyai struktur yang berbeda denagn daun yang tumbuh di lingkungan cahaya melimpah. Daun yang tumbuh pada lingkungan yang terlindung sehari hari akan mengalami kekuranngan cahaya. Helai daun cenderung tipis dan lebar, warna daun pucat, sedangkan daun yang tumbuh pada lingkungan cahaya melimpah helai daun cenderung lebih sempit, lebih tebal dan warnanya lebih gelap. Daun yang tumbuh di dalam air cenderung mempunyai ruang antar sel yang lebih besar daripada yang tumbuh di udara, demikian pula epidermisnya cenderung lebih tipis dan tanpa kutikula.
Perkembangan primordium daun sampai menjadi daun melalaui beberapa tahap yaitu:1)  Inisiasi : Kegiatan pembelahan sel  yang paling awal terjadi pada meristem apikal berdasarkan teori meristem yang dikembangkan oleh Schmith, yang dikenal dengan teori Tunica-corpusnya, maka pada meristem apikal terdapat dua lapisan meristem yaitu lapisan Tunika yang terdiri beberapa lapis sel dan terletak pada bagian tepi dari meristem apikal. Sedangkan beberapa jenis sel yang berada  di sebelah dalamnya disebut dengan corpus. Pembelahan pertama terjadi pada daerah tunika dan beberapa lapis daerah korpus. Pada daerah tersebut sel selnya memebelah secara periklinal,sehingga akan menghasilkan massa sel yang menonjol kearah luar. Dengan demikian terbentuklah penyangga daun seperti yang  tampak pada (gambar  1.1a)2)  Pembentukan penyangga daun :  sebagai akibat adanya pembelahan secara periklinal pada daerah tunika dan korpus dan dilanjutkan dengan pembentangan sel, maka terbentuklah tonjolan kearah luar yang selanjutnya disebut sebagai penyangga daun. Penyangga daun ini akan tumbuh dan memanjang membentuk sumbu daun. Pemanjanagn penyangga daun sebagai akibat adanya kegiatan meristem yang terdapat pada puncak penyangga daun itu sendiri (gambar 1.1b). dengan demikian meristem yang terlibat dalam perkembangan daun adalah meristem apikal3)  Diferensiasi awal : penyangga daun yang telah terbentuk terdiri dari jaringan yang masih sederhana. Berdasarkan teori meristem yang dikembangkan oleh Haberlandt, jaringan yang menyusun peyangga daun terdiri  dari protoderma, meristem dasar dan prokambium. Dalam perkembangan selanjutnya, masing masing akan berkembang dan menghasilkan epidermis dan derivatnya, mesofil dan berkas pengangkut daun (gambar 1.1c)4)  Pembentukan sumbu daun : sebagai hasil pertumbuhan yang cepat maka penyangga daun akan berbentuk seperti kerucut dengan sisi adaksialnya memipih. Ujung kerucut berperan sebagai  meristem apikal. Dalam pertumbuhan selanjutnya penyangga daun akan makin bertambah panjang dan secara berangsur angsur mendekati pengkal semakin memipih. Dengan demikian primordium daun sudah dapat dibedakan antara permukaan atas atau adaksial dan permukaan bawah atau abaksial. Hal tersebut disebabkan oleh aktifitas meristem adaksial.5)  Pembentukan helai daun : selama awal pemanjangan dan penebalan sumbu daun, sel sel adaksial bagian tepi membelah lebih cepat dibandingkan sel sel meristem dasar yang berada disebelah dalamnya. Dengan demikian terbentuklah dua garis seperti sayap yang berkembang pada kedua tepinya sebagai akibat percepatan pertumbuhan sel sel tersebut. Pada daun yang mempunyai tangkai, pertumbuhan marginal akan tertahan pada bagian pangkal sumbu daun, yang selanjutnya akan berkembang menjadi tangkai daun. Pada penampang melintangnya, kedua sisi helai daun yang sedang  berkembang tampak bahwa protoderma menyelubungi beberapa lapis jaringan dasar. Sel sel beru akan ditambahkan pada lapisan lain bersal dari dua deret inisial marginal dan inisial submarginal.6)  Histogenesis : setelah helai daun terbentuk, proses selanjutnya adalah menyempurnakan jaringan penyusun daun.Dalam perkembangannya, meristem yang terlibat ialah meristem apikal, meristem adaksial, meristem marginal, meristem submarginal, meristem lempeng dan meristem lateral. Meristem marginal berdiferensiasi menghasilkan epidermis atas dan epidermis bawah serta derivatnya, sedangkan meristem submarginal akan berdeferensiasi menghasilkan mesofil dan jaringan pengangkut. B.    Tata letak daun atau filotaksis
Phyllotaxis/ Dispositio Foliorum
Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah :A.    Pada setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daunDinamakan dengan  folia sparsa (tersebar). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara banyaknya kali garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati selama sekian kali melingkar batang.
-         Filotaksis daun pada batang atau cabang tumbuhan itu biasanya konstan dan   seringkali merupakan ciri pengenal bagi tumbuhan.-         Pada monokotil hanya satu helai daun melekat pada buku.-         Pada dikotil jumlah daun yang melekat pada buku bisa satu atau lebih.
       Tipe-tipe filotaksis:Pengelompokan tipe filotaksis dilakukan  dengan melihat banyaknya      jumlah daun yang melekat pada satu buku dibatang. Filotaksis  - pada buku melekat sehelai daun – monostik                                                                                --distik                                                                                --tristik                    - pada buku melekat 2 helai daun – berhadapan                                                                                 - bersilangan                    - pada buku melekat 3 helai daun – berkarang  1). Rumus daun atau divergensiJika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi merupaka pecahan a/b.2). Ortostik merupakan batang yang memiliki sejumlah b garis-garis tgak lurus (vertikal)3). Spiral genetik adalah garis spiral yang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari atas ke bawah4). Sudut divergensi
Pecahan a/b menunjukan jarak antar sudut dua daun berturut-turut, apabila diproyeksikan pada bidang datar maka jaraknya tetap dan besarnya a/b x besar lingkaran = a/b x 360o.
5).Deret Fibonacci
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/b nya, dapat terdiri atas pecahan-pecahan : 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Angka-angka tersebut  menunjukan sifat :ü  Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst) merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, demikian pula penyebutnya yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang di depannya tadi atau ü  Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku yang didepannya dengan pembilang suku itu sendiri.6).Roset (rosula)
roset adalah susunan daun yang melingkar dan rapat berimpitan. Menurut letaknya, ada dua macam roset yaitu ;
  • roset akar, jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset tersebut sangat dekat dengan akar. Contoh : lobak (Raphanus sativus L) dan tapak liman (Elephantopus scaber L)
  • roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang, misalnya pada pohon kelapa (cocos nucifera L) dan berbagai macam palma lainnya. Banyak suku tumbuhan yang memiliki roset, umumnya ditemui pada suku Astraceae (contoh : dandelion) dan suku Branssicaceae (contoh : kol)
7).mosaik daunpada cabang-cabang yang mendatar atau serong ke atas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teraur sedemikian lupa sehingga helaian-helaian daun pada cabang itu teratur pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet) susunan inilah yang disebut pola karpet. Susunan daun seperti itu disebut mosaik daun.B.    Pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadapanPada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 1800). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata), contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.
C.    Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.Tata letak daun yang demikian ini dinamakan : berkarang (Folia verticillata),dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.). pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
D.    Bagan (skema) dan Tata Letak DaunTata letak daun pada batang ditempuh dengan dua jalan :1)      Membuat bagan atau skema letaknya daun2)      Membuat diagramü  Bagan tata letak daunBatang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostikortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.  Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daunUntuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempita.       Bagan duduk daun dengan rumus 2/5b.      Diagram daun dengan rumus 2/5    E. Spirostik dan ParastikGaris-garis ortostik yang biasanya lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arah karena pengaruh bermacam faktor. Garis-garis ortostik dapat menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam keadaan yang demikian spiral genetik sukar untuk ditentukan, dan letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi, keadaan ini dinamai : Spirostik. Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik. Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian, misalnya:  Pacing (Costus spesiousus Smith), yang mempunyai satu spiriotik, hingga daun-daunnya tersusun seperti anak tangga pada tangga yang melingkar.  Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spiriotik  Pandan (pandanus tectoris Sol) yang memperlihatkan tiga spiriotikPada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat contoh. kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-akan menurut garis-garis spiral ke kiri atau kekanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan kekanan. Garis-garis spiral ini disebut : Parastik. Juga garis-garis spiral yang tampak pada buah nenas yang menunjukkan aturan letak mata-mata pada buah nenas tadi adalah parastik-parastik.C.    Bentuk daun
Berdasarkan struktur daunnya, morfologi daun dibedakan menjadi:
  • Bentuk daun berdasarkan tepi daun (rata, bergerigi)
  • Daun berdasarkan jumlah anak daun dalam satu tangkai
  • Daun berdasarkan tulang daun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKcCqUe8O1lckEwF0ZA8R4XhcmXFRJK4MF0ymz7Fo92p_hZBF63B0fmLv-ni9iK0AquqM-8Dx5kfahpdWw4WANELR3I5UXVCD8GFOzftiSSksNUf9gk9i3KW1Rpnq2eBqnuQT9PhP65jV4/s400/011%252520Leaf%252520margins.jpg Bagian-bagian daun lengkap terdiri atas tulang daun, helai daun, tangkai daun, dan pelepah daun. Contoh daun yang memiliki bagian-bagian lengkap, antara lain daun pisang dan daun bambu. Di alam, kebanyakan tumbuhan memiliki daun yang tidak lengkap. Misalnya, ada daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helai daun saja, contohnya daun mangga; ada pula daun yang hanya terdiri atas pelepah dan helai daun saja, contohnya daun padi dan jagung. Selain itu, daun juga memiliki urat. Urat daun adalah susunan pembuluh pengangkut pada daun. Tumbuhan monokotil memiliki urat daun yang memanjang dari pangkal ke ujung daun secara sejajar. Tumbuhan dikotil memiliki urat daun yang membentuk jaringan. Urat daun tersebut bercabang-cabang hingga menjadi percabangan kecil dan membentuk susunan seperti jaring atau jala.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq2n9eOUZNI0eO-ig77UmQF8-_qaQgDuG-X3HtPRl_gTpY01GUFrPqr2ALx7zX_FbvgdeGzCiPqpZ5O1ttTtR5OiRFE7B3-P0liApm_hO3NOUnJZBET_ZWXjQvjuZuZRaRVCj__6u1S1sB/s320/LeavesDicotMonocotColor400.jpg Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan menjadi;        Bentuk tulang daun juga bermacam-macam, antara lain, menyirip,         melengkung, menjari, dan sejajar.
            Tulang daun Menyirip.
Tulang daun jenis ini memiliki susunan seperti sirip-sirip ikan, tersusun rapi mulai dari tangkai daun hingga ujung dari helai daun. Contoh tumbuhan yang memiliki jenis tulang seperti ini adalah tulang daun jambu, mangga, dan rambutan.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_C1EbY4R1KtSjhJ-k-JxtHuEsn5yvus4JLYRigVv8X1nDMJV6A4UR1lANE-kI3q-QeiObv-vvFHfL0UFdid8P1g9iJxrpdEXJnwYmifjouKodo6VS1n1rmzSPLNbaWZJbNZJICWHFeVrB/s1600/daun013dj1-199x300.jpg            Tulang daun Melengkung.Tulang daun melengkung berbentuk seperti garis-garis melengkung. Tulang daun jenis ini dapat kita temukan pada berbagai tumbuhan di lingkungan sekitar kita. Misalnya, tulang daun sirih, gadung, dan genjer.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDlJwFDkzySlx-ljq2p5Kl50vE1W2aIMhQwa23i1KcBLtMZnvOBJLYeNNVuc6mF6q-b75LG6pVsmBQ1mztiEJn-W296-K0Cb-9SamfN1w9wQSOjERMefJYdLixyBHT-_P9hoOoJc0nCoF7/s320/daun_sirih.jpg Tulang daun Menjari.
Tanaman ini mempunyai satu tulang daun yang besar dan bentuknya seperti jari-jari tangan manusia. Misalnya, tulang daun pepaya, jarak, daun singkong, dan kapas. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKic_pDeOD0jLa4uaS79IZzralrfYZ1b7nEPcosYB-lu7USGoCetwzFPz0Wgdb5Dd6il1Utcy1m2vuIuoNT2BdTQDrrOuc2p9HmQYHGKYGFNdrntfwU3ekW4eLhc07OnGG4S8TmKHvLNHI/s1600/daun-pepaya1.jpg Tulang daun Sejajar.
Tulang daun sejajar berbentuk seperti garis-garis sejajar, mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. Tiap-tiap ujung tulang daun menyatu. Biasanya bentuk daunnya panjang-panjang. Misalnya, tulang daun tebu, padi, jagung, alang-alang dan semua jenis rumput-rumputan.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv_SjyjoDhRmtaRDv_QLgowb8NIfVtPaZOhIS6O5EnfXPzbalfR8hJ7a3_h54YoKUpBYs8M-1fVxZ5atc2yCDwg2yvlekaYUJQwxxrpaWoMqXqPMCNTNNiqoAfCx_zPyjwlZ9CPfTb1MCw/s1600/6.jpg       BAB IIIPENUTUP 3.1.  Kesimpulan
Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara banyaknya kali garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati selama sekian kali melingkar batang. Roset adalah susunan daun yang melingkar dan rapat berimpitan. Menurut letaknya, ada dua macam roset yaitu ;
  • roset akar, jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah, jadi roset tersebut sangat dekat dengan akar. Contoh : lobak (Raphanus sativus L) dan tapak liman (Elephantopus scaber L)
  • roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang, misalnya pada pohon kelapa (cocos nucifera L) dan berbagai macam palma lainnya. Banyak suku tumbuhan yang memiliki roset, umumnya ditemui pada suku Astraceae (contoh : dandelion) dan suku Branssicaceae (contoh : kol) 
  DAFTAR PUSTAKA  Tjitrosoepomo, 1985. Morfology Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Anonim, http://choichairinnajemi.blogspot.com/2011/04/filotaksis.html